عن عائشة عن النبي قال (( ركعتا الفجر خير من الدنيا وما فيها )). رواه مسلم. وفي رواية (( لهما أحب إلي من الدنيا جميعاً ))
Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha dari Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda : “Dua raka’at Shalat Fajr lebih baik dari
pada dunia dan seisinya.” [HR. Muslim] dalam riwayat lain
dengan lafazh : “Sungguh
kedua raka’at tersebut lebih aku cintai daripada dunia semuanya.”
Makna Kalimat :
Shalat Fajr : yakni
Shalat Sunnah Rawatib Qabliyah Shubuh.
lebih baik dari pada dunia : yakni
lebih baik daripada perhiasan dunia. Ada
juga yang berpendapat maknanya : lebih baik daripada menginfakkan harta dunia
di jalan Allah. Makna pertama lebih tepat.
Pelajaran dari Hadits :
1.
Keutamaan akhirat dibanding dunia. Karena perhiasan dunia, bagaimanapun indah
dan mahalnya, maka itu semua akan hilang dan sirna. Adapun akhirat, maka
kenikmatannya kekal selama-lamanya dan tidak akan sirna. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman
:
مَا عِنْدَكُمْ يَنْفَدُ وَمَا عِنْدَ اللَّهِ بَاقٍ [النحل/96]
“Apa yang di sisi kalian akan
lenyap, dan apa yang ada di sisi Allah adalah kekal.” [An-Nahl :
96]
Maka orang yang berakal sehat tidak
akan menyibukkan dirinya dengan sesuatu yang fana dengan meninggalkan yang
kekal. Namun seorang yang berakal sehat adalah seorang yang senantiasa
memperhatikan dan bersemangat terhadap sesuatu yang membawa kebaikan untuk
akhiratnya, dengan tetap mencari kehidupan dunia sekadar mencukupi
kebutuhannya. Allah Azza wa
Jalla berfirman :
وَابْتَغِ فِيمَا آَتَاكَ اللَّهُ الدَّارَ الْآَخِرَةَ وَلَا تَنْسَ
نَصِيبَكَ مِنَ الدُّنْيَا [القصص/77]
“Dan carilah pada apa yang telah
dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu
melupakan bahagianmu dari kehidupan dunia.” [Al-Qashash
: 77]
2. Betapa besar nilai pahala yang Allah
berikan untuk dua rakaat shalat fajr (yakni shalat sunnah rawatib qabliyah
shubuh), padahal dua raka’at tersebut adalah amalan yang ringan. Ini merupakan
salah satu bentuk keutamaan dan keluasan rahmat Allah ‘Azza wa Jalla.
3. Jika
seorang muslim telah mengetahui betapa besar nilai pahala shalat fajr, maka
selayaknya dia untuk senantiasa menjaganya. Sungguh dulu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
benar menjaga shalat fajr tersebut dengan sebenar-benar penjagaan,
sampai-sampai ‘Aisyah radhiyallahu
‘anha mengatakan : “Beliau sama sekali tidak pernah meninggalkan
kedua rakaat tersebut.” beliau juga menuturkan : “Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
tidak pernah menjaga amalan nafilah lebih kuat dibanding konsistensi beliau
menjaga dua rakaat fajr.”
4. Tuntutan
sunnah Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam adalah melaksanakan dua rakaat ini dengan ringan.
Dari ‘Aisyah radhiyallahu
‘anha berkata : “Dulu Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam meringankan pelaksanaan dua rakaat shalat yang
dikerjakan sebelum shalat shubuh, sampai-sampai aku mengatakan, ‘Apakah beliau
membaca Ummul Kitab‘?”
[Muttafaqun ‘alaihi]
5. Tuntunan
sunnah pada rakaat pertama
setelah surat Al-Fatihah membaca surat Al-Kafirun, dan pada rakaat kedua setelah surat
Al-Fatihah membaca surat
Al-Ikhlash (Qul huwallahu ahad).
Atau boleh juga pada rakaat pertama membaca
ayat :
قُولُوا آَمَنَّا بِاللَّهِ وَمَا أُنْزِلَ إِلَيْنَا وَمَا أُنْزِلَ
إِلَى إِبْرَاهِيمَ وَإِسْمَاعِيلَ وَإِسْحَاقَ وَيَعْقُوبَ وَالْأَسْبَاطِ وَمَا
أُوتِيَ مُوسَى وَعِيسَى وَمَا أُوتِيَ النَّبِيُّونَ مِنْ رَبِّهِمْ لَا
نُفَرِّقُ بَيْنَ أَحَدٍ مِنْهُمْ وَنَحْنُ لَهُ مُسْلِمُونَ (136) [البقرة/136]
Katakanlah (wahai orang-orang
mukmin): “Kami beriman kepada Allah dan apa yang diturunkan kepada kami, dan
apa yang diturunkan kepada Ibrahim, Isma’il, Ishaq, Ya’qub dan anak cucunya,
dan apa yang diberikan kepada Musa dan Isa serta apa yang diberikan kepada
nabi-nabi dari Rabb mereka. Kami tidak membeda-bedakan seorangpun di antara
mereka dan kami hanya tunduk patuh kepada-Nya”. [Al-Baqarah
: 136]
Sedangkan pada rakaat kedua membaca :
قُلْ يَا أَهْلَ الْكِتَابِ تَعَالَوْا إِلَى كَلِمَةٍ سَوَاءٍ
بَيْنَنَا وَبَيْنَكُمْ أَلَّا نَعْبُدَ إِلَّا اللَّهَ وَلَا نُشْرِكَ بِهِ
شَيْئًا وَلَا يَتَّخِذَ بَعْضُنَا بَعْضًا أَرْبَابًا مِنْ دُونِ اللَّهِ فَإِنْ
تَوَلَّوْا فَقُولُوا اشْهَدُوا بِأَنَّا مُسْلِمُونَ (64) [آل عمران/64]
Katakanlah: “Wahai ahli kitab,
marilah (berpegang) kepada suatu kalimat (ketetapan) yang tidak ada
perselisihan antara kami dan kalian, yaitu kita tidak beribadah kecuali kepada
Allah dan tidak kita persekutukan-Nya dengan sesuatupun dan tidak (pula)
sebagian kita menjadikan sebagian yang lain sebagai Rabb-Rabb selain Allah”.
Kika mereka berpaling maka katakanlah kepada mereka: “Saksikanlah, bahwa kami
adalah orang-orang yang berserah diri (kepada Allah)”. [Ali ‘Imran
: 64]
Hal ini berdasarkan hadits yang
diriwayatkan dari shahabat Abu Hurairah :
أن رسول الله قرأ في ركعتي
الفجر ( قل يا أيها الكافرون ) و (قل هو الله أحد) رواه أبو داود
Bahwa Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam membaca pada shalat dua rakaat fajr surat
“Qul Ya Ayyuhal Kafirun” dan surat
“Qul Huwallahu Ahad” [HR. Abu Dawud]
Shahabat Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma
meriwayatkan :
كان رسول الله يقرأ في ركعتي الفجر (قولوا
آمنا بالله وما أنزل إلينا ) والتي في آل عمران ( تعالوا إلى كلمة سواء بيننا
وبينكم ) رواه مسلم
Adalah Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam membaca pada dua
rakaat fajr :
(قولوا آمنا بالله وما أنزل إلينا )
dan berikutnya ayat yang pada surat Ali ‘عمران
( تعالوا إلى كلمة سواء بيننا وبينكم ) [HR. Muslim]
6. Apabila
seorang muslim mengerjakan shalat fajr tersebut di rumahnya, kemudian dia
merasa ingin istirahat sejenak, seperti kalau sebelumnya ia telah mengerjakan
shalat tahajjud dengan sangat panjang, maka dituntunkan baginya untuk berbaring
pada bagian kanan, dengan syarat dia yakin bahwa ia tidak akan ketinggalan
shalat shubuh berjama’ah di masjid. Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha : “Dulu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
apabila shalat dua rakaat fajr, beliau kemudian berbaring pada bagian
kanannya.” [HR.
Al-Bukhari]
7. Shalat
sunnah fajr adalah shalat sunnah yang dikerjakan sebelum shalat shubuh. Apabila
dia sampai ke masjid ternyata iqamat sudah dikumandangkan (sementara dia belum
sempat mengerjakan shalat fajr), maka ia tetap langsung shalat shubuh
berjama’ah bersama imam. Kemudian dia bisa mengerjakan shalat sunnah fajr
tersebut setelah shalat berjama’ah shubuh. Atau kalau dia mau, dia menunggu
sampai matahari terbit dan mengerjakannya ketika matahari sudah tinggi.
Dari shahabat Qais bin ‘Amr :
رأى رسول الله رجلا يصلي بعد صلاة الصبح ركعتين، فقال رسول الله: (
صلاة الصبح ركعتان ) فقال الرجل : إني لم أكن صليت الركعتين اللتين قبلهما، فصليتهما الآن. فسكت رسول الله
Suatu hari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
melihat seorang pria shalat dua rakaat setelah shalat shubuh. Maka Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
pun menegurnya, “Shalat shubuh
itu hanya dua rakaat.” Maka pria tersebut menjawab, “Aku tadi belum
sempat mengerjakan shalat dua rakaat yang dikerjakan sebelumnya (yakni qabliyah
shubuh), maka aku mengerjakannya sekarang.” Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
pun diam (tanda setuju). [HR.
Abu Dawud. Dan Al-Imam Al-Mubarakfuri mentarjih hadits ini shahih,
dalam kitab beliau Tuhfatul
Ahwadzi Syarh At-Tirmidzi).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar