Sabtu, 03 September 2011

Sunat-sunat Puasa


Ada beberapa amalan sunnah yang perlu dilakukan dan diperhatikan selama melaksanakan ibadah puasa Ramadhan agar pahala ibadah puasanya lebih banyak dan lebih berlipat. Amalan-amalan dimaksud adalah:
1.   Makan sahur
Hal ini sebagaimana disabdakan oleh Rasulullah saw berikut ini:
Artinya: Rasulullah saw bersabda: "Sahurlah kalian, karena dalam sahur itu terdapat keberkahan" (HR. Bukhari Muslim).

Dalam hadits lain disebutkan:
 Artinya: Rasulullah saw bersabda: "Yang membedakan puasa kita dengan puasa ahli kitab adalah makan sahur" (HR. Muslim).
Makan sahur dipandang cukup sekalipun hanya dengan seteguk air sebagaimana disebutkan dalam hadits berikut ini:
Artinya: Rasulullah saw bersabda: "Sahurlah kalian sekalipun hanya dengan seteguk air" (HR. Ibn Hibban dan Ahmad dan haditsnya Hasan).
Sahur dengan memakai kurma tentu lebih utama (apabila ada) sebagaimana disebutkan dalam hadits berikut ini:
Artinya: Rasulullah saw bersabda: "Sebaik-baik makanan sahur orang mukmin itu adalah kurma" (HR. Abu Dawud).
2.   Mengakhirkan waktu sahur
Sahur sebaiknya dilakukan diakhirkan (menjelang waktu subuh, terbit fajar), karena mengakhirkan waktu sahur termasuk amalan sunnah sebagaimana disebutkan dalam hadits-hadits berikut ini:
Artinya: Zaid bin Tsabit berkata: "Kami melakukan sahur bersama Rasulullah saw, kemudian beliau berdiri untuk melakukan shalat. Saya bertanya: "Berapa jarak waktu antara adzan dan sahur tersebut?"Ia menjawab: "Kira-kira sama dengan waktu membaca lima puluh ayat" (HR. Bukhari dan Muslim).

Artinya: Rasulullah saw bersabda: "Apabila Ibn Ummi Maktum adzan, kalian masih boleh untuk makan dan minum. Namun, apabila Bilal sudah adzan, maka janganlah kalian makan dan minum". Unaisah berkata: "Apabila salah seorang dari kami masih ada sesuatu yang dimakan dalam sahurnya, kami berkata kepada Bilal: "Lambatkan adzannya, sehingga saya selesai dari sahur saya" (HR. Nasai, Ahmad).
Dari hadits ini ada beberapa hal yang perlu penulis sampaikan. Pertama, bahwa tukang adzan pada masa Rasulullah saw itu ada dua orang: Ibn Ummi Maktum (seorang sahabat Rasulullah saw yang buta) dan Bilal. Ibnu Ummi Maktum bertugas untuk adzan awal (adzan yang dilakukan sebelum waktu Shubuh, biasanya adzan ini untuk mengingatkan bahwa waktu Shubuh sudah dekat oleh karenanya bersiap-siaplah), sedangkan Bilal bertugas untuk adzan Shubuh. Kedua, pada masa Rasulullah saw, adzan waktu pagi hari dua kali; adzan awal (sebelum shubuh) dan adzan Shubuh. Ketiga, hadits ini juga mengisyaratkan bahwa apabila seseorang sedang sahur dan belum habis makan sahurnya, lalu tiba-tiba adzan Shubuh berkumandang, maka ia masih boleh meneruskan makanannya sampai adzan Shubuh tersebut berakhir sebagaimana disebutkan dalam hadits di atas.
Bahkan, di bawah ini hadits yang lebih tegas lagi yang membolehkan seseorang yang masih makan sahur  sementara  adzan  Shubuh  sudah  dikumandangkan,  untuk  terus  menghabiskan  makanannya sampai adzan tersebut berakhir:
Artinya: Rasulullah saw bersabda: "Apabila salah seorang dari kalian mendengar adzan (maksudnya adzan Shubuh), sementara tangannya masih memegang piring (maksudnya masih makan sahur), maka janganlah meletakkan piring tersebut sehingga ia menghabiskannya" (HR. Abu Dawud dan Hakim).
Meski  demikian,  tentu  agar  lebih  hati-hati  (ikhtiyat),  sebaiknya  sahur  tersebut  sudah  selesai sebelum adzan Shubuh tiba.
3.   Menyegerakan berbuka
      Termasuk amalan sunnah lainnya selama bulan Ramadhan adalah bersegera dalam berbuka. Hal ini    
      sebagaimana disebutkan dalam hadits berikut ini:
Artinya: Rasulullah saw bersabda: "Orang-orang akan senantiasa dalam kebaikan selama mereka bersegera dalam berbuka (berbuka puasa)" (HR. Bukhari Muslim).
4.   Apabila ada, sebaiknya makanan pertama untuk berbuka adalah kurma atau air
Hal ini sebagaimana disebutkan dalam hadits berikut ini:
Artinya: Anas berkata: "Rasulullah saw apabila berbuka puasa beliau memakan beberapa biji ruthab (kurma basah, masih muda, biasanya masih berwarna merah) terlebih dahulu sebelum melakukan
shalat. Apabila tidak ada ruthab, beliau makan tamar (kurma yang sudah dipendam dan dimasakkanbiasanya berwarna hitam). Apabila tidak ada juga, beliau berbuka dengan satu teguk air minum" (HR. Abu Dawud dan haditsnya Hasan).
Mengapa lebih baik berbuka terlebih dahulu dengan kurma atau air? Dalam hal ini Ibnu Qayyim dalam bukunya, Zadul Ma'ad (2/50,51) berkata: "Secara tabiatnya, makanan yang manis umumnya lebihditerima     oleh     perut,   juga     lebih    memberikan     kekuatan          tubuh   di         samping kekuatan penglihatan….Adapun dengan air, karena hati dengan adanya puasa, ia menjadi kering. Apabila sudah dibasahi hati tersebut dengan air, maka proses bekerjanya akan sempurna lagi ketika nanti diisi dengan makanan apa saja. Oleh karena itu, orang yang sedang haus dan lapar sebaiknya memulai berbuka mereka dengan sedikit air, kemudian setelah itu baru makan. Kedua hal ini terdapat dalam kurma dan air yang di antara kekhususan keduanya ini adalah dapat memperbaiki hati. Dan tentu hal ini tidak dapat diketahui kecuali oleh para dokter hati sendiri".
5.   Berdoa ketika berbuka puasa
Termasuk amalan sunnah lainnya selama berpuasa adalah berdoa ketika berbuka. Dalam sebuah hadits disebutkan:


Artinya: "Ibnu Umar berkata: "Rasulullah saw apabila beliau berbuka puasa, beliau membaca doa: "Dzahabad dhama'u wabtallatil 'uruuqu wa tsabatal ajru insya Allah (Ya Allah, telah hilang rasa dahaga, telah basah tenggorokan, telah didapatkan pahala, insya Allah" (HR. Abu Dawud dan hadits tersebut Hasan).
6.   Rajin bersedekah, membaca dan menelaah serta mengkaji al-Qur'an
Hal ini di antaranya didasarkan kepada hadits berikut ini:

Artinya: Ibnu Abbas berkata: "Rasulullah saw adalah orang yang paling dermawan. Dan beliau lebih dermawan lagi apabila pada bulan Ramadhan ketika Jibril datang menemuinya. Jibril seringkali menemui Rasulullah saw tiap malam pada bulan Ramadhan, ia mengajarkan al-Qur'an kepadanya. Sungguh Rasulullah saw itu adalah orang yang lebih dermawan dengan hartanya, dan beliau lebih dermawan lagi dari pada angin yang berhembus" (HR. Bukhari Muslim).
Untuk  lebih  jelas  dan  rinci  bahasan  ini,  silahkan  lihat  pada  makalah  pertama  tentang  serial
Ramadhan Karim.
      7. Menjauhi sedapat mungkin dari perbuatan dosa dan maksiat yang dapat mengurangi atau  
          bahkan menghilangkan pahala puasa.
    Hal lain yang perlu diperhatikan adalah bahwa puasa bukan sekedar menjaga mulut dan perut dari
  makanan dan berhubungan badan di siang hari, akan tetapi juga sebaiknya puasa itu menahan dan        mencegah seluruh tubuh dari perbuatan dosa dan maksiat, seperti berdusta, ghibah dan lainnya.
  Oleh karena itu, Imam Ghazali membagi puasa ini menjadi tiga kelompok. Puasa awwam yaitu puasa  mereka yang hanya menahan diri dari hal-hal yang membatalkan puasa saja. Kedua, puasa khusus atau puasa khawas, yaitu puasa orang yang bukan sekedar menjaga hal-hal yang membatalkan puasa, akan tetapi juga menjaga seluruh anggota badannya dari perbuatan dosa dan maksiat. Ketiga, puasa khususil khusus yaitu puasa yang lebih tinggi lagi dari kedua macam di atas, bukan semata menjaga hal-hal yang dapat membatalkan puasa, anggota badan pada bulan Ramadhan akan tetapi juga pada bulan-bulan lainnya selain Ramadhan.
Pentingnya  menjaga  anggota  badan  dari  perbuatan  dosa  ini  karena  didasarkan  kepada  hadits berikut ini:
Artinya: Rasulullah saw bersabda: "Barangsiapa yang tidak meninggalkan perkataan dan perbuatan kotor dan jahatnya, maka Allah tidak akan memberikan pahala dari meninggalkan makan dan minumnya" (HR. Bukhari).

Artinya: "Rasulullah saw bersabda: "Puasa itu adalah perisai selama tidak dilobanginya". Lalu ditanyakan: "Dengan apa dilobanginya?" Rasulullah saw menjawab: "Dengan berbohong atau berbuat ghibah (menceritakan kejelekan dan kejahatan orang lain dengan maksud kebencian)" (HR. Thabrani).
Namun demikian para jumhur Ulama berpendapat bahwa perbuatan dosa dan maksiat tersebut tidak membatalkan puasa hanya mengurangi pahala puasa saja. Untuk lebih jelasnya lihat makalah sebelumnya.
8.   Selalu ingat dan mengatakan: Inni Shaaim (saya sedang berpuasa)
Orang yang sedang berpuasa sebaiknya selalu ingat bahwa ia sedang berpuasa. Dengan mengingat seperti itu, maka segala gerak dan langkahnya akan terawasi dan terjaga dari perbuatan-perbuatan dosa. Karena, sebagaimana dijelaskan pada makalah sebelumnya, bahwa puasa itu adalah Junnah, tameng, perisai dari perbuatan dosa. Oleh karena itu juga, apabila ada orang lain yang mengajak bertengkar atau mencaci memaki, yang sedang berpuasa, maka katakanlah bahwa:  Inni Shaaim (saya sedang berpuasa). Hal ini sebagaimana disebutkan dalam hadits berikut ini:
Artinya: Rasulullah saw berikut ini: "Apabila salah seorang di antara kalian sedang berpuasa, maka janganlah ia berkata-kata kotor dan bertengkar, juga jangan bertindak bodoh. Apabila seseorang mencaci atau memaki kamu maka katakanlah: "Saya sedang berpuasa". (HR. Bukhari Muslim).
Untuk lebih menambah wawasan dan keterangan seputar sub ini, silahkan lihat kembali makalah penulis sebelumnya.
Demikian di antara amalan sunnah yang perlu dilakukan oleh seseorang yang sedang melakukan puasa khususnya di bulan Ramadhan. Semua ini tentu akan lebih memperbanyak dan mempertebal pahala ibadah puasa kita. Semoga kita dapat melaksanakannya, amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar