Pelajaran Pertama, Allah mengingatkan kita lima kali sehari tentang waktu. Orang yang khusyuk dalam shalatnya dapat dilihat dari sikapnya yang efektif menggunakan waktu. Ia tidak mau waktunya berlalu sia-sia, karena ia yakin bahwa waktu adalah nikmat terbesar yang diberikan Allah kepada manusia.
Pelajaran kedua dari shalat adalah kebersihan. Tidak akan pernah diterima shalat seseorang apabila tidak diawali dengan bersuci. Hikmahnya, orang yang akan sukses adalah orang yang sangat cinta dengan hidup bersih. Dalam QS. As Syams: 9-10 Allah SWT berfirman: “Sesungguhnya beruntunglah orang yang membersihkan dirinya dan sesungguhnya sangat merugi orang yang mengotori dirinya”. Dengan kata lain, siapa yang shalatnya khusyuk maka ia akan selalu berpikir bagaimana lahir batinnya bisa selalu bersih.
Mulai dari dhahir, rumah harus bersih. Bersih dari sampah, dari kotoran, dan bersih dari barang-barang milik orang lain. Sikap pun harus bersih. Mata, telinga, dan juga lisan harus bersih dari maksiat dan hal-hal yang tak berguna. Dan yang terpenting pikiran dan hati kita harus bersih. Bersihnya hati akan memunculkan kepekaan terhadap setiap titik dosa, dan inilah awal dari kesuksesan.
Pelajaran Ketiga, sebelum memulai shalat kita harus memasang niat. Niat sangat penting dalam ibadah. Diterima tidaknya sebuh ibadah akan sangat dipengaruhi oleh niat. Seorang yang shalatnya khusyu akan selalu menjaga niat dalam setiap perbuatan yang dilakukannya. Ia tidak mau bertindak sebelum yakin niatnya lurus karena Allah. Ia yakin bahwa Allah hanya akan menerima amal yang ikhlas. Apa ciri orang ikhlas? Ia jarang kecewa dalam hidupnya. Dipuji dicaci, kaya miskin, dilihat tidak dilihat, tidak akan berpengaruh pada dirinya, karena semua yang dilakukannya mutlak untuk Allah.
Setelah niat, shalat memiliki rukun yang tertib dan urutannya. Jadi, Pelajaran keempat dari orang yang khusyuk dalam shalatnya adalah cinta keteraturan. Ketidakteraturan hanya akan menjadi masalah. Shalat mengajarkan kepada kita bahwa kesuksesan hanya milik orang yang mau teratur dalam hidupnya. Orang yang shalatnya khusyuk dapat dilihat bagaimana ia bisa tertib, teratur, dan prosedural dalam hidupnya.
Pelajaran Kelima, hikmah dari manajemen shalat yang khusyuk adalah tuma’ninah. Tuma’ninah mengandung arti tenang, konsentrasi, dan hadir dengan apa yang dilakukan. Shalat melatih kita memiliki ritme hidup yang indah, di mana setiap episode dinikmati dengan baik. Hak istirahat dipenuhi, hak keluarga, hak pikiran dipenuhi dengan sebaiknya. Rasulullah pun menganjurkan kita untuk proporsional dalam beragama, karena itu salah satu tanda kefakihan seseorang. Bila ini bisa kita lakukan dengan baik insya Allah kita akan mendapatkan kesuksesan yang paripurna., yaitu sukses di kantor, sukses di keluarga, dan sukses di masyarakat.
Pelajaran Keenam, shalat memiliki gerakan yang dinamis. Sujud adalah gerakan paling mengesankan dari dinamisasi shalat. Orang menganggap bahwa kepala merupakan sumber kemuliaan, tapi ketika sujud kepala dan kaki sama derajatnya. Bahkan setiap orang sama derajatnya ketika shalat. Ini mengandung hikmah bahwa dalam hidup kita harus tawadhu. Ketawadhuan adalah cerminan kesuksesan mengendalikan diri, mengenal Allah, dan mengenal hakikat hidupnya. Bila kita tawadhu (rendah hati) maka Allah akan mengangkat derajat kita. Kesuksesan seorang yang shalat dapat dilihat dari kesantunan, keramahan, dan kerendahan hatinya. Apa cirinya? Ia tidak melihat orang lain lebih rendah daripada dirinya.
Hikmah terakhir dari shalat yang khusyuk adalah salam. Shalat selalu diakhiri dengan salam, yang merupakan sebuah doa semoga Allah memberikan keselamatan, rahmat, dan keberkahan bagimu. Ucapan salam ketika shalat merupakan garansi bahwa diri kita tidak akan pernah berbuat zalim pada orang lain. Ini adalah kunci sukses, karena setiap kali kita berbuat zalim, maka kezaliman itu akan kembali pada diri kita.
Inilah tujuh hikmah yang bisa kita ambil dari manajemen shalat khusyuk. Bila kita mampu mengaplikasikannya, insya Allah kesuksesan dunia dan akhirat ada dalam genggaman kita.
Hikmah shalat 2:
Suatu ketika Rasulullah SAW berada di dalam Masjid Nabawi, Madinah. Selepas menunaikan shalat, beliau menghadap para sahabat untuk bersilaturahmi dan memberikan tausiyah. Tiba-tiba, masuklah seorang pria ke dalam masjid, lalu melaksanakan shalat dengan cepat.
Suatu ketika Rasulullah SAW berada di dalam Masjid Nabawi, Madinah. Selepas menunaikan shalat, beliau menghadap para sahabat untuk bersilaturahmi dan memberikan tausiyah. Tiba-tiba, masuklah seorang pria ke dalam masjid, lalu melaksanakan shalat dengan cepat.
Setelah selesai, ia segera menghadap Rasulullah SAW dan mengucapkan salam. Rasul berkata pada pria itu, “Sahabatku, engkau tadi belum shalat!”
Betapa kagetnya orang itu mendengar perkataan Rasulullah SAW. Ia pun kembali ke tempat shalat dan mengulangi shalatnya. Seperti sebelumnya ia melaksanakan shalat dengan sangat cepat. Rasulullah SAW tersenyum melihat “gaya” shalat seperti itu.
Betapa kagetnya orang itu mendengar perkataan Rasulullah SAW. Ia pun kembali ke tempat shalat dan mengulangi shalatnya. Seperti sebelumnya ia melaksanakan shalat dengan sangat cepat. Rasulullah SAW tersenyum melihat “gaya” shalat seperti itu.
Setelah melaksanakan shalat untuk kedua kalinya, ia kembali mendatangi Rasulullah SAW. Begitu dekat, beliau berkata pada pria itu, “Sahabatku, tolong ulangi lagi shalatmu! Engkau tadi belum shalat.” Lagi-lagi orang itu merasa kaget. Ia merasa telah melaksanakan shalat sesuai aturan. Meski demikian, dengan senang hati ia menuruti perintah Rasulullah SAW.
Tentunya dengan gaya shalat yang sama. Namun seperti “biasanya”, Rasulullah SAW menyuruh orang itu mengulangi shalatnya kembali.
Tentunya dengan gaya shalat yang sama. Namun seperti “biasanya”, Rasulullah SAW menyuruh orang itu mengulangi shalatnya kembali.
Karena bingung, ia pun berkata, “Wahai Rasulullah, demi Allah yang telah mengutusmu dengan kebenaran, aku tidak bisa melaksanakan shalat dengan lebih baik lagi. Karena itu, ajarilah aku!” “Sahabatku,” kata Rasulullah SAW dengan tersenyum, “Jika engkau berdiri untuk melaksanakan shalat, maka bertakbirlah, kemudian bacalah Al-Fatihah dan surat dalam Alquran yang engkau pandang paling mudah. Lalu, rukuklah dengan tenang (thuma’ninah), lalu bangunlah hingga engkau berdiri tegak. Selepas itu, sujudlah dengan tenang, kemudian bangunlah hingga engkau duduk dengan tenang. Lakukanlah seperti itu pada setiap shalatmu.”
saya sengaja membikin ini sedikit demi sedikit agar kita bisa mencerna dan memahaminya nya secara perlahan.
Kisah dari Mahmud bin Rabi’ Al Anshari dan diriwayatkan Imam Bukhari dalam
Shahih-nya ini memberikan gambaran bahwa shalat tidak cukup sekadar “benar” gerakannya saja, tapi juga harus dilakukan dengan tumaninah, tenang, dan khusyuk.
Shahih-nya ini memberikan gambaran bahwa shalat tidak cukup sekadar “benar” gerakannya saja, tapi juga harus dilakukan dengan tumaninah, tenang, dan khusyuk.
Kekhusukan ruhani akan sulit tercapai, bila fisiknya tidak khusyuk. Dalam arti dilakukan dengan cepat dan terburu-buru. Sebab, dengan terlalu cepat, seseorang akan sulit menghayati setiap bacaan, tata gerak tubuh menjadi tidak sempurna, dan jalinan komunikasi dengan Allah menjadi kurang optimal. Bila hal ini dilakukan terus menerus, maka fungsi shalat sebagai pencegah perbuatan keji dan munkar akan kehilangan makna. Karena itu, sangat beralasan bila Rasulullah SAW mengganggap “tidak shalat” orang yang melakukan shalat dengan cepat (tidak tumaninah).
Cuman Selama ini yang menjadi pertanyaan saya, fungsi dari Shalat itu sendiri untuk mencegah perbuatan keji dan munkar. Nah apa kan ketika sholat saja kita terhindar dari perbuatan itu? setelah sholat apa yang terjadi?
Hikmah gerakan shalat
Sebelum menyentuh makna bacaan shalat yang luar biasa, termasuk juga aspek “olah rohani” yang dapat melahirkan ketenangan jiwa, atau “jalinan komunikasi” antara hamba dengan Tuhannya, secara fisik shalat pun mengandung banyak keajaiban.
Setiap gerakan shalat yang dicontohkan Rasulullah SAW sarat akan hikmah dan bermanfaat bagi kesehatan. Syaratnya, semua gerak tersebut dilakukan dengan benar, tumaninah serta istikamah (konsisten dilakukan).
Dalam buku Mukjizat Gerakan Shalat, Madyo Wratsongko MBA. mengungkapkan bahwa gerakan shalat dapat melenturkan urat syaraf dan mengaktifkan sistem keringat dan sistem pemanas tubuh. Selain itu juga membuka pintu oksigen ke otak, mengeluarkan muatan listrik negatif dari tubuh, membiasakan pembuluh darah halus di otak mendapatkan tekanan tinggi, serta membuka pembuluh darah di bagian dalam tubuh (arteri jantung).
Kita dapat menganalisis kebenaran sabda Rasulullah SAW dalam kisah di awal. “Jika engkau berdiri untuk melaksanakan shalat, maka bertakbirlah.”
Saat takbir Rasulullah SAW mengangkat kedua tangannya ke atas hingga sejajar dengan bahu-bahunya (HR Bukhari dari Abdullah bin Umar). Takbir ini dilakukan ketika hendak rukuk, dan ketika bangkit dari rukuk.
Beliau pun mengangkat kedua tangannya ketika sujud. Apa maknanya? Pada saat kita mengangkat tangan sejajar bahu, maka otomatis kita membuka dada, memberikan aliran darah dari pembuluh balik yang terdapat di lengan untuk dialirkan ke bagian otak pengatur keseimbangan tubuh, membuka mata dan telinga kita, sehingga keseimbangan tubuh terjaga.
“Rukuklah dengan tenang (tumaninah).” Ketika rukuk, Rasulullah SAW meletakkan kedua telapak tangan di atas lutut (HR Bukhari dari Sa’ad bin Abi Waqqash). Apa maknanya? Rukuk yang dilakukan dengan tenang dan maksimal, dapat merawat kelenturan tulang belakang yang berisi sumsum tulang belakang (sebagai syaraf sentral manusia) beserta aliran darahnya. Rukuk pun dapat memelihara kelenturan tuas sistem keringat yang terdapat di pungggung, pinggang, paha dan betis belakang. Demikian pula tulang leher, tengkuk dan saluran syaraf memori dapat terjaga kelenturannya dengan rukuk. Kelenturan syaraf memori dapat dijaga dengan mengangkat kepala secara maksimal dengan mata mengharap ke tempat sujud.
“Lalu bangunlah hingga engkau berdiri tegak.” Apa maknanya? Saat berdiri dari dengan mengangkat tangan, darah dari kepala akan turun ke bawah, sehingga bagian pangkal otak yang mengatur keseimbangan berkurang tekanan darahnya. Hal ini dapat menjaga syaraf keseimbangan tubuh dan berguna mencegah pingsan secara tiba-tiba.
“Selepas itu, sujudlah dengan tenang.” Apa maknanya? Bila dilakukan dengan benar dan lama, sujud dapat memaksimalkan aliran darah dan oksigen ke otak atau kepala, termasuk pula ke mata, telinga, leher, dan pundak, serta hati. Cara seperti ini efektif untuk membongkar sumbatan pembuluh darah di jantung, sehingga resiko terkena jantung koroner dapat diminimalisasi.
“Kemudian bangunlah hingga engkau duduk dengan tenang.” Apa maknanya? Cara duduk di antara dua sujud dapat menyeimbangkan sistem elektrik serta syaraf keseimbangan tubuh kita. Selain dapat menjaga kelenturan syaraf di bagian paha dalam, cekungan lutut, cekungan betis, sampai jari-jari kaki.
Subhanallah! Masih ada gerakan-gerakan shalat lainnya yang pasti memiliki segudang keutamaan, termasuk keutamaan wudhu. Semua ini memperlihatkan bahwa shalat adalah anugerah terindah dari Allah bagi hamba beriman.
Bismillahirrahmanirrahim
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarokatuh.
Setelah kita memahami perihal definisi daripada salat, kini kita mencoba bersama memahami perihal hikmahnya.
Adapun hikmah dari salat adalah, mengenal dan memahami apa sebenarnya rahasia dan faedah dari ibadah salat itu, terutama untuk jiwa dan akhlak kita-kita yang mendirikan salat.
Surat Thaahaa ayat 14 (XVI:20:14)
Sesungguhnya AKU ini adalah Allah, tidak ada Tuhan melainkan AKU, maka
sembahlah AKU dan dirikanlah salat untuk mengingat_KU.
Sesungguhnya AKU ini adalah Allah, tidak ada Tuhan melainkan AKU, maka
sembahlah AKU dan dirikanlah salat untuk mengingat_KU.
Surat Al Baqarah ayat 269 (III:2:269)
Alah memberikan hikmah kepada siapa yang dikehendaki_NYA. Dan barangsiapa yang diberi hikmah, maka sungguh telah diberi kebajikan yang banyak. Dan tidak ada yang dapat mengambil pelajaran melainkan orang-orang yang berakal.
Alah memberikan hikmah kepada siapa yang dikehendaki_NYA. Dan barangsiapa yang diberi hikmah, maka sungguh telah diberi kebajikan yang banyak. Dan tidak ada yang dapat mengambil pelajaran melainkan orang-orang yang berakal.
Al ustadzul imam Syeikh Muhammad Abduh
Adapun hikmah maka di dalam segala sesuatu ialah mengenal rahasianya dan faedahnya, dan yang dimaksud ialah mengenal hokum-hukum agama, syariat dan maksud-maksudnya.
Adapun hikmah maka di dalam segala sesuatu ialah mengenal rahasianya dan faedahnya, dan yang dimaksud ialah mengenal hokum-hukum agama, syariat dan maksud-maksudnya.
Dan adapun hikmah ialah pengetahuan menyangkut rahasia-rahasia hokum dan manfaat-manfaatnya yang mendorong untuk beramal.
Al ‘Allamah Muhammad Jamaluddin Al Qasimily
Kebanyakan ahli tafsir menyatakan bahwa Al Himah ialah rapi (teliti) ilmu dan amalnya, atau dengan perkataan lain mengetahui yang benar dan mengamalkannya.
Kebanyakan ahli tafsir menyatakan bahwa Al Himah ialah rapi (teliti) ilmu dan amalnya, atau dengan perkataan lain mengetahui yang benar dan mengamalkannya.
Berhasil atau tidaknya kita memperoleh hikmah daripada salat adalah sebenarnya ditentukan oleh dua bentuk katagori, yaitu “mendirikan salat” atau “mengerjakan salat”. Selain itu; juga dapat dilihat dari segi akhlak, sikap dan perilakunya.
Adapun hikmah daripada salat ialah; mencegah dari yang keji dan mungkar,
membina jiwa dan membersihkan ruh, mendidik kita senantiasa disiplin dan
mematuhi aturan, membina persatuan dan persamaan antara sesama kita,
menanamkan ketenangan dan ketentraman didalam jiwa, melatih konsentrasi pikiran, dan menumbuhkan jiwa kepemimpinan.
membina jiwa dan membersihkan ruh, mendidik kita senantiasa disiplin dan
mematuhi aturan, membina persatuan dan persamaan antara sesama kita,
menanamkan ketenangan dan ketentraman didalam jiwa, melatih konsentrasi pikiran, dan menumbuhkan jiwa kepemimpinan.
Mari kita bersama untuk mencoba memahami perihal hikmah salat yang dimaksud.
Surat Al ‘Ankabuut ayat 45 (XXI:29:45)
Bacakanlah apa yang diwahyukan kepadamu dari kitab dan dirikanlah salat,
sesungguhnya salat mencegah dari yang keji dan yang mungkar, dan sungguh Allah mengingat lebih besar. Dan Allah mengetahui apa-apa yang kamu kerjakan.
Bacakanlah apa yang diwahyukan kepadamu dari kitab dan dirikanlah salat,
sesungguhnya salat mencegah dari yang keji dan yang mungkar, dan sungguh Allah mengingat lebih besar. Dan Allah mengetahui apa-apa yang kamu kerjakan.
Muhammad Al Ghazali menegaskan
Menjauhkan diri dari sifat-sifat yang kotor, membersihkan diri dari perkataan dan perbuatan yang buruk itulah hakekat salat.
Menjauhkan diri dari sifat-sifat yang kotor, membersihkan diri dari perkataan dan perbuatan yang buruk itulah hakekat salat.
H.R. Albazzaar,
Sesungguhnya AKU menerima salat dari orang yang merendahkan diri karena kebesaran_KU dan tidak berlaku sewenang-wenang terhadap mahluk_KU dan tidak terus menerus berbuat maksiat kepada_KU. Dan ia menghabiskan hari siangnya dalam ingatan kepada_KU, dan ia sayang kepada orang yang miskin, ibnu sabil dan janda dan saying kepada orang yang ditimpa musibah.
Sesungguhnya AKU menerima salat dari orang yang merendahkan diri karena kebesaran_KU dan tidak berlaku sewenang-wenang terhadap mahluk_KU dan tidak terus menerus berbuat maksiat kepada_KU. Dan ia menghabiskan hari siangnya dalam ingatan kepada_KU, dan ia sayang kepada orang yang miskin, ibnu sabil dan janda dan saying kepada orang yang ditimpa musibah.
Mari kita bersama mencoba memahami perihal hadis ini.
Maksud daripada faedah bila kita merendahkan diri dihadapan kebesaran_NYA adalah; Bila kita telah salat, semestinya tingkah laku dan karakter kita berubah menjadi rendah hati, lemah lembut, sopan santun dan budi pekerti baik. Sebab alasan adalah sadar dan insyaf bahwa yang besar hanyalah DIA semata.
Adapun maksud daripada tidak berlaku sewenang-wenang terhadap mahlukNYA adalah; Bila kita telah salat, kita tidak boleh bertindak sesuka hati atau seenaknya saja yaitu bukan saja terbatas hanya pada manusia saja, akan tetapi juga pada mahluk-mahluk lainnya. Sebab itu; kita harus mampu bersikap, berkata dan berbuat baik terhadap siapa saja, tanpa pandang bulu.
Sedangkan maksud daripada tidak terus menerus berbuat maksiat adalah; Bila kita telah salat, senantiasa bertaubat kepada Allah dan mohon ampun apabila terlanjur melakukan suatu kesalahan dengan berjanji tidak akan mengulanginya kembali.
pikiran yang dapat membantu si miskin lepas dari penderitaan
atau tekanan. Demikian halnya terhadap Ibnu sabil (orang yang kehabisan uang dalam perjalanan),kita harus memberi bantuan seperti halnya pada si miskin.
atau tekanan. Demikian halnya terhadap Ibnu sabil (orang yang kehabisan uang dalam perjalanan),kita harus memberi bantuan seperti halnya pada si miskin.
Selanjutnya sayang kepada janda terlepas apakah janda muda atau tua adalah; kita harus memberi bantuan secara moril, materil dan phsykholog. Sebab alasan phsykholog diperlukan, adalah mengingat pada umumnya masyarakat selalu menilai negative, terutama bila itu janda muda.
Yang terakhir adalah sayang kepada yang ditimpa musibah adalah kita harus meberi bantuan secara moril, materil dan phsykholog dalam artian untuk meringankan penderitaan daripada si penderita semisal dengan menyabarkan atau menetapkan hati dan keimanan si penderita.
H.R. Ahmadi; “Maukah kamu aku kabarkan, siapakah yang paling kucintai dan yang paling dekat dengan aku di hari kiamat nanti?” Rasulullah mengulangi pertanyaannya sampai tiga kali. Para sahabat menjawab, “Tentu ia, ya Rasulullah”. Rasulullah lantas menegaskan, “Orang yang paling baik diantara kamu akhlaknya”.
ketika berdiri menyerap unsur api, ketika ruku dan iktidal menyerap unsur angin, ketika sujud menyerap unsur air, ketika duduk diantara dua sujud menyerap unsur tanah.
Api-Angin-Air-Tanah
Maka kita pada saat mendirikan salat harus dapat merasakan ke-4 anasir
tersebut..(dlm Hal lain. ma’af).
Bagaimana Api = yg selalu mengarahkan lidahnya keatas dan menjilat2
Bagaimana Angin = yg selalu berhembus melewati apa saja tanpa pilih kasih
Bagaimana Air = yg selalu mengalir menuruni apa saja yg menghalanginya (dst)
Bagaimana Tanah = yg selalu menerima hentakan kaki, dst smp bangkai dan
kotoran, dst
Maka kita pada saat mendirikan salat harus dapat merasakan ke-4 anasir
tersebut..(dlm Hal lain. ma’af).
Bagaimana Api = yg selalu mengarahkan lidahnya keatas dan menjilat2
Bagaimana Angin = yg selalu berhembus melewati apa saja tanpa pilih kasih
Bagaimana Air = yg selalu mengalir menuruni apa saja yg menghalanginya (dst)
Bagaimana Tanah = yg selalu menerima hentakan kaki, dst smp bangkai dan
kotoran, dst
jadi yg kita rasakan dlm ke-4 anasir tsb adalah:
- berdiri = hubungan vertikal dengan Allah [berkomunikasi langsung dengan Allah]
- ruku = hubungan horisontal dengan sesama manusia (siapasaja)
- sujud = mengamalkan ilmu yg bermanfaat, apapun halangannya (setannirojim)
- duduk = siap menerima [IKHLAS]
- berdiri = hubungan vertikal dengan Allah [berkomunikasi langsung dengan Allah]
- ruku = hubungan horisontal dengan sesama manusia (siapasaja)
- sujud = mengamalkan ilmu yg bermanfaat, apapun halangannya (setannirojim)
- duduk = siap menerima [IKHLAS]
juga dalam posisi salat tersebut ada hal yg kita hrs ingat, bahwa salat itu
mengandung 4 unsur lafal. yaitu :
berdiri = sebagai Alif
ruku = sebagai Ha
sujud = sebagai min
duduk = sebagai dal
jika kita gabungkan dalam salat terdapat lafal : Ahmad
mengandung 4 unsur lafal. yaitu :
berdiri = sebagai Alif
ruku = sebagai Ha
sujud = sebagai min
duduk = sebagai dal
jika kita gabungkan dalam salat terdapat lafal : Ahmad
”Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan shalat dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya. Kami tidak meminta rezeki kepadamu, Kamilah yang memberi rezeki kepadamu. Dan akibat (yang baik) itu adalah bagi orang yang bertakwa.” (QS Thaha: 132).
kenapa salat harus didirikan (kita sudah tau jawabannya) kemana salat ? karena salat sedang tertidur hingga kita bangunkan salat untuk berdiri.
kenapa salat harus didirikan (kita sudah tau jawabannya) kemana salat ? karena salat sedang tertidur hingga kita bangunkan salat untuk berdiri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar