Talak menurut bahasa Arab artinya melepaskan ikatan. Adapun
yang dimaksud talak disni ialah melepaskan ikatan perkawinan (pernikahan).
Apabila dalam pergaulan antara suami istri tidak mencapai tujuan pernikahan,
yakni membentuk rumah tangga yang bahagia (misalnya suami atau istri tidak
menjalankan kewajiban atau salah satu diantara mereka menyeleweng sehingga
tidak ada kecocokan lagi dan tidak dapat didamaikan) maka jala keluar
satu-satunya ialah talak atau perceraian. Meskipun talak merupakan jaan yang
disyariatkan, namun menjatuhkan talak tanpa sebab sangat dibenci Allah SWT
“Dari Ibnu Umar, katanya, telah bersabda Rasulullah SAW,
Sesuatu yang halal namun amat dibenci Allah ialah talak.” (HR Abu Dawud dan
Ibnu Majjah)
Berdasarkan kemashlahatan atau kemudaratannya, hukum talak
itu ada empat.
- Wajib
apabila antara suami sitri terjadi perselisihan dan hakim memandang perlu
keduanya untuk bercerai atau suami tidak mampu untuk memenuhi hak-haka
istri sebagaimana mestinya
- Sunah
apabila suami tidak sanggup lagi membayar kewajibannya atau istri tidak
menjaga kehormatannya.
- Haram
apabila suami menjatuhkan talak si istri dalam keadaan haid, atau dalam
keadaan suci tapi telah dicampurinya atau dengan talak ini mengakibatkan
suami jatuh dalam perbuatan haram.
- Makruh
apabila tidak dengan alasan yang dibenarkan oleh syara’ dan memang asal
hukum dari talak itu adalah makruh
Lafal Talak
Kalimat yang digunakan untuk perceraian (talak) ada dua
macam.
- Sarih
(terang) adalah kalimat yang jelas untuk memutuskan tali ikatan
pernikahan, seperti kata si suami “ Engkau tetalak atau saya ceraikan
engkau”, dengan niat atau tidak.
- Kinayah
(sindiran) adalah kalimat yang masih ragu-ragu (kata-kata yang tidak
tegas) sehingga boleh diartikan untuk perceraian atau bukan, seperti
“Pulanglah engkau ke rumah orang tuamu” atau “Pergilah engkau dari sini”
kalimat sindiran ini tergantung pada niatnya. Apabila tidak ada niat untuk
menceraikan maka tidaklah jatuh talak, tapi kalau diniatkan untuk
menceraikan maka jatuhlah talak
Bilangan talak
Apabila suami ingin mentalak istrinya maka bilangan talaknya
ialah dan talak satu sampai talak tiga. Apabila suami mentalak istrinya satu
atau dua, suami masih boleh rujuk (kembali) kepada istrinya, sebelum habis
iddahnya, dan boleh nikah kembali dengan akad baru apabila iddahnya sudah
habis.
Firman Allah SWT
ß,»n=©Ü9$# Èb$s?§sD
(
88$|¡øBÎ*sù
>$rá÷èoÿÏ3
÷rr&
7xÎô£s?
9`»|¡ômÎ*Î/
3
wur
@Ïts
öNà6s9
br&
(#räè{ù's?
!$£JÏB
£`èdqßJçF÷s?#uä
$º«øx©
HwÎ)
br&
!$sù$ss
wr&
$yJÉ)ã
yrßãm
«!$#
(
÷bÎ*sù
÷LäêøÿÅz
wr&
$uKÉ)ã
yrßãn
«!$#
xsù
yy$oYã_
$yJÍkön=tã
$uKÏù
ôNytGøù$#
¾ÏmÎ/
3
y7ù=Ï?
ßrßãn
«!$#
xsù
$ydrßtG÷ès?
4
`tBur
£yètGt
yrßãn
«!$#
y7Í´¯»s9'ré'sù
ãNèd
tbqãKÎ=»©à9$#
ÇËËÒÈ
Artinya : “Talak (yang dapat dirujuki) dua kali. Setelah
itu boleh rujuk lagi dengan cara yang ma’ruf atau menceraikan dengan cara yang
baik. Tidak halal bagi kamu mengambil kembali sesuatu dari yang telah kamu
berikan kepada mereka, kecuali kalau keduanya khawatir tidak akan dapat
menjalankan hukum-hukum Allah. Jika kamu khawatir bahwa keduanya (suami isteri)
tidak dapat menjalankan hukum-hukum Allah, maka tidak ada dosa atas keduanya
tentang bayaran yang diberikan oleh isteri untuk menebus dirinya. Itulah
hukum-hukum Allah, maka janganlah kamu melanggarnya. Barangsiapa yang melanggar
hukum-hukum Allah mereka itulah orang-orang yang zalim.” (QS Al Baqarah :
229)
Kemudian apabila suami telah mentalak tiga maka suami tidak
boleh rujuk atau nikah lagi dengan bekas istrinya, kecuali apabila perempuan
tersebut telah nikah dengan orang lain, sudah dicampur dan sudah diceraikan
oleh suaminya yang kedua dan sudah habis masa iddahnya.
Firman Allah SWT
bÎ*sù $ygs)¯=sÛ
xsù
@ÏtrB
¼ã&s!
.`ÏB
ß÷èt/
4Ó®Lym
yxÅ3Ys?
%¹`÷ry
¼çnuöxî
3
bÎ*sù
$ygs)¯=sÛ
xsù
yy$uZã_
!$yJÍkön=tæ
br&
!$yèy_#utIt
bÎ)
!$¨Zsß
br&
$yJÉ)ã
yrßãn
«!$#
3
y7ù=Ï?ur
ßrßãn
«!$#
$pkß]Íhu;ã
5Qöqs)Ï9
tbqßJn=ôèt
ÇËÌÉÈ
Artinya
: “Kemudian jika si suami mentalaknya (sesudah talak yang kedua), maka
perempuan itu tidak lagi halal baginya hingga dia kawin dengan suami yang lain.
Kemudian jika suami yang lain itu menceraikannya, maka tidak ada dosa bagi
keduanya (bekas suami pertama dan isteri) untuk kawin kembali jika keduanya
berpendapat akan dapat menjalankan hukum-hukum Allah. Itulah hukum-hukum Allah,
diterangkan-Nya kepada kaum yang (mau) mengetahui.” (QS Al Baqarah : 230)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar